IRTalks 2022: Masalah Sampah, Masalah Siapa?

Mataram  International Relations Talks (IRTalks) adalah program kerja tahunan Program Studi Hubungan Internasional Universitas Mataram yang berkolaborasi dengan Himpunan Mahasiswa HI UNRAM dengan mengusung konsep talkshow sebagai wadah pembelajaran melalui diskusi ringan yang menarik. Kegiatan diskusi ini dibuka bagi mahasiswa maupun masyarakat umum yang ingin menambah pengetahuan serta wawasan mengenai isu-isu hangat yang terjadi di sekitarnya. IRTalks 2022 mengangkat topik mengenai lingkungan dengan judul “Respon Pemerintah dan LSM dalam Menghadapi Dampak Lingkungan dari KEK Mandalika”. Kegiatan diskusi ini diselenggarakan pada Senin, 20 Juni 2022 lalu secara tatap muka di Gedung Dome H. Sunarpi, Universitas Mataram.

IRTalks tahun ini menjadi semakin menarik karena berbeda dengan pelaksanaan IRTalks di tahun-tahun sebelumnya. Jika pada pelaksanaan terdahulu IRTalks hanya mengundang satu pembicara untuk menyampaikan materi, IRTalks tahun ini menghadirkan dua pembicara dari latar belakang berbeda untuk saling menanggapi isu pembahasan sehingga memberikan pemahaman yang lebih komprehensif bagi para peserta. Kedua pemateri tersebut adalah Bapak Julmansyah S.Hut., MAP selaku Kepala Dinas LHK Provinsi NTB yang diwakilkan oleh Bapak Firmansyah, S.Hut., M.Si – Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan – serta Ibu Ruhma Ruksalana H dari LSM Invest Islands Foundation.

Rangkaian acara dibuka oleh MC dengan salam penghormatan serta beberapa sambutan. Sesi diskusi kemudian diambil alih oleh moderator dengan memperkenalkan tema serta kedua pemateri yang menanggapi isu pembahasan dalam perspektif masing-masing, yakni sebagai pihak pemerintahan dan anggota LSM.

“Pemerintah sudah mencanangkan beberapa plan terkait penanganan sampah dan beberapa sudah terealisasi dengan baik,” ujar Bapak Firmansyah selaku perwakilan pihak pemerintah. Beliau lalu menjabarkan 8 pilar pengelolaan sampah yang menjadi framework pemerintah, yakni regulasi, sarana prasarana, gerakan gotong royong, pembuatan bank sampah, pilah-pilih sampah dari sumbernya, edukasi, aplikasi Lestari NTB, serta pembangunan industri pengelolaan sampah dalam skala besar. Beliau juga menekankan bahwa urgensi permasalahan sampah ini semakin tinggi sehingga dibutuhkan solusi yang cepat tanggap dan aplikatif, salah satunya adalah penerapan zero waste dalam kehidupan sehari-hari.

Penjelasan dari pihak pemerintah kemudian ditanggapi oleh Ruhma Ruksalana yang memberikan penjabaran melalui sudut pandangnya sebagai anggota LSM. Beliau menyampaikan bahwa masih ada loophole dalam aksi pemerintah terkait permasalahan ini, terutama mengenai realisasi dari rencana-rencana yang sudah ada. Karenanya, LSM hadir untuk membantu mengisi loophole tersebut dan merealisasikan beberapa hal, seperti bank sampah. Sejauh ini, LSM sudah mewujudkan pembangunan Bank Sampah Putri Mandalika, Bank Sampah Bintang Sejahtera, Lombok Plastic Free, dan beberapa lainnya. Tak hanya itu, pihak LSM juga sudah berupaya maksimal untuk mengedukasi masyarakat dan menumbuhkan kesadaran terkait pentingnya pilah-pilih sampah. “Kesadaran ini harus ditumbuhkan dari lingkungan terkecil di masyarakat, dimulai dari keluarga terdekat misalnya,” ungkap Bu Ruhma. Beliau juga menyampaikan bahwa kiprah LSM umumnya terhalang oleh masalah pembiayaan. “Biasanya kami mendapat bantuan dana dari pihak swasta,” imbuhnya.

Terkait permasalahan sampah di KEK Mandalika sendiri, Bapak Firmansyah menjabarkan bahwa pemerintah berhasil menghimpun 6 ton sampah selama 3 hari menjelang pagelaran WSBK dengan rincian 258 kg sampah organik, 13.070 kg sampah anorganik, dan 49.723 sampah residu. Angka fantastis ini mendorong pemerintah untuk meningkatkan kapasitas industri daur ulang sampah yang rencanya akan dibangun pada bulan Juli tahu ini. Namun, pemerintah juga sadar bahwa upaya ini saja tidak cukup karena dibutuhkan dana yang besar untuk mengatasi permasalahan sampah secara keseluruhan sementara NTB belum memiliki dana tersebut. Karenanya, pemerintah mengharapkan kerjasama dari pihak-pihak swasta dan masyarakat untuk menangani isu ini.

Sesi diskusi ini tampaknya berhasil memantik peserta untuk berpikir lebih kritis mengenai permasalahan sampah yang terjadi di lingkungan sekitar sehingga menggiring berbagai opini dan menimbulkan beberapa pertanyaan. Salah satunya dilontarkan oleh Bapak Yudha, salah seorang staff pengajar di HI UNRAM, yang bertanya mengenai kesulitan utama LSM dalam melakukan intervensi di masyarakat. Pertanyaan ini dijawab oleh Bu Ruhma yang menyampaikan bahwa umumnya tantangan tersebut datang dari masyarakat itu sendiri. Pertanyaan lain juga dikemukakan oleh Nilam yang merupakan mahasiswa HI UNRAM. Ia bertanya mengenai bagaimana zero waste dapat diterapkan secara efektif di kalangan mahasiswa. Pertanyaan ini disambut oleh Bapak Firmansyah. “Pertama, harus meningkatkan identitas diri, harus ditekankan bahwa masalah sampah ini masalah kita semua. Jadi, kalau ada yang buang sampah sembarangan berarti dia bukan mahasiswa, karena tidak mencerminkan integritas dari mahasiswa itu sendiri,”

Moderator kemudian menyimpulkan sesi diskusi dengan menyampaikan bahwa permasalahan sampah adalah masalah kita semua, tidak cukup hanya menjadi tanggung jawab dari pihak pemerintah maupun LSM karena setiap unsur dalam masyarakat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam meminimalisir sampah. Selain itu, perlu adanya keselarasan dan feedback antara setiap stakeholder dalam menangani isu ini.

Rangkaian acara IRTalks 2022 kemudian ditutup dengan sesi hiburan berupa persembahan dari Reyhan Firdiansyah, salah seorang mahasiswa HI UNRAM, dan sesi foto bersama.

 

Penulis            : Putri Komala

Editor              : Silmi Fadhlina