Mataram – Program Studi Hubungan Internasional kembali mengadakan acara Seminar Nasional Hubungan Internasional (SNHI) pada Kamis (8/9) lalu di Gedung Dome H. Sunarpi, Universitas Mataram. SNHI dimaksudkan sebagai wadah akademis dalam memahami berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat. Tahun ini, SNHI mengangkat isu mengenai kesetaraan gender dengan judul “Kolaborasi Pemangku Kebijakan dalam Menghadapi Gender-Based Violence Post Covid-19 sebagai Perwujudan Pembangunan Sosial di Indonesia”. SNHI tahun ini mengundang pembicara dari berbagai kalangan, termasuk akademisi, perwakilan LSM, hingga pihak pemerintah. Hal ini dimaksudkan agar para audiens mendapat insight dari berbagai perspektif sehingga mampu memahami persoalan yang dibahas secara komprehensif.
Acara dibuka dengan sambutan dari Kepala Program Studi HI Universitas Mataram, Bapak Prof. Dr. Muhammad Sood, SH., MH. dilanjutkan dengan sambutan dari Wakil Rektor UNRAM Bidang Perencanaan, Kerjasama dan Sistem Informasi, Bapak Yusron Saadi, ST., M. Sc., PhD. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa isu kekerasan berbasis gender (KBG) sudah menjadi persoalan yang urgen untuk diselesaikan. Karenanya, beliau mengharapkan SNHI ini dapat menjadi langkah awal menuju kolaborasi dalam mencari solusi dari masalah tersebut. Sambutan terakhir disampaikan oleh Ibu Dra. T Wismaningsih Drajadiah selaku Kepala Dinas DP3AP2KB NTB.
Acara dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh masing-masing pembicara. Dalam hal ini, materi pertama disampaikan oleh Kepala Dinas DP3AP2KB yang juga menampilkan video edukasi terkait gentingnya isu kekerasan berbasis gender. Pembicara kedua, yakni Ibu Dr. Any Suryani Hamzah, SH., M.Hum. selaku Ketua Pusat Studi HAM UNRAM, juga memberikan pemahaman mendalam mengenai apa itu KBG dan bagaimana isu ini dilihat dari perspektif HAM. Penyampaian materi dilanjutkan oleh Ibu Elisabeth A. S. Dewi, S. IP., MA., PhD, Ketua Jurusan HI Universitas Katolik Parahyangan. Beliau menyampaikan bahwa KBG ini termasuk isu human security, salah satu sub-studi dalam Hubungan Internasional. Lebih lanjut, beliau menyebutkan bahwa KBG ini erat kaitannya dengan pembangunan sosial melihat bagaimana isu ini juga sudah menyangkut ketimpangan dan pembelaan hak manusia. Pembicara terakhir, yakni Ibu Indry Oktaviani dari PLAN Internasional, lebih memfokuskan pembahasan pada upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memberantas KBG dari lingkungan terdekat kita.
Kegatan SNHI’22 ini sebagai wadah untuk membuka cara pandang audiens tentang pentingnya memfokuskan pandangan pada Gender-Based Violence pasca Covid-19 era ditengah banyaknya kasus yang ada di masyarakat. Selain itu, diselenggarakan SNHI’22 ini juga sebagai wadah diskusi antara audiens dan pemangku kebijakan untuk menemukan solusi dalam menghadapi masalah gender. Dengan adanya pandangan dari akademisi, perwakilan LSM, hingga pihak pemerintah diharapkan sudut pandang audiens lebih terbuka tentang pentingnya kesetaraan gender dalam kehidupan.
Berdasarkan hal tersebut, diharapkan berbagai insight yang didapatkan dapat memberikan sudut pandang yang baru dalam memandang isu gender di masyarakat. Diundangnya berbagai pihak dan beberapa mahasiswa di berbagai universitas di NTB berupaya untuk membuka wadah untuk menyelesaikan masalah gender di Nusa Tenggara Barat. Mahasiswa dapat menjadi agen penggerak yang harus concern dalam isu tersebut sehingga diperlukan perluasan wawasan dalam bentuk Seminar Nasional Hubungan Internasional ini untuk mencapai kesetaraan gender dalam masyarakat.