Menyadari potensi secara geografis sebagai sebuah Archipelagic State dan potensi Sumber Daya Laut yang dimiliki, Presiden Jokowi mencanangkan sebuah konsep Poros Maritim Dunia yang bertujuan mengembalikan kejayaan laut Indonesia. Ditengah Asia Pacific’s Century Indonesia harus mampu menjadi bukan hanya sebagai negara penonton tetapi mempunyai peran besar didalamnya. Sebagai upaya untuk mendukung ide pemerintah dalam menyusun rancang strategis sekaligus menjadi wadah menyalurkan gagasan maka dari hal tersebut program Studi Hubungan Internasional Universitas Mataram bersama dengan Pangkalan TNI Angkatan Laut (LANAL) Mataram menyelenggarakan Seminar Nasional dengan Tema “Geostrategis Indonesia di Kawasan Asia Pasifik dan Implementasi Poros Maritim”. Seminar nasional ini selenggarakan hari Kamis, 9 November 2017 yang bertempat di Gedung Rektorat Universitas Mataram dengan jumlah peserta sebanyak 263 orang yang terdiri dari pelbagai kalangan diantaranya perwakilan dari TNI AL, TNI AU, Dit Polair Polda NTB, Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan, Pelindo, Dinas Kelautan dan Perikanan prov NTB, akademisi yaitu dosen dan mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di NTB dan luar NTB, NGO, stakeholder, hingga guru tingkat sekolah menengah atas se-Pulau Lombok.
Dalam seminar ini menghadirkan tiga orang pembicara; yaitu yang pertama Panglima Komando Armada Republik Indonesia Kawasan Timur: Laksamana Muda TNI Darwanto, S.H., M.A.P. yang diwakilkan oleh Komandan Gugus Keamanan Laut Timur; Kol Laut (P) Agus Hariadi, pembicara kedua seorang pengamat militer dan pertahanan ibu Dr. Connie Rahakundini Bakrie dan narasumber ketiga adalah Dr. Zunnuraini, S.H., M.H. selaku dosen hukum internasional Universitas Mataram.
Isu kemaritiman bukan hanya menjadi kajian akademisi dalam bidang kelautan dan perikanan, namun semua aspek studi baik ekonomi, sosial dan politik mempunyai kewajiban yang sama untuk memahami konsep negara maritim berikut potensi dan tantangannya. sehingga seminar ini memang diselenggarakan tidak hanya ditujukan untuk akademisi dari prodi Hubungan Internasional saja tetapi untuk semua kalangan yang secara bersama memiliki tugas untuk melihat laut sebagai basis kesejahteraan.
Kol Laut (P) Agus Haryadi sebagai pemateri dalam seminar ini mengungkapkan bahwa awalnya semboyan Jalesveva Jayamahe yang memiliki makna Di Lautan Kita Berjaya hanyalah semboyan yang berlaku di kalangan TNI Angkatan Laut saja, namun oleh Presiden Jokowi ini dijadikan semacam perintah kepada seluruh pihak untuk bekerja membangun Indonesia dari sektor kemaritiman dan sudah saatnya bagi Indonesia untuk keluar dari orientasi agraris.
Kolonel Agus juga mengingatkan bahwa pentingnya untuk menjaga stabilitas di kawasan perairan Indonesia mengingat Indonesia memilki 4 Choke Point penting dunia yang merupakan jalur pelayaran internasional, yang salah satunya adalah Selat Lombok. Karena apabila itu sampai terputus semisal diblokade oleh pihak tertentu maka akan sangat mengancam perekonomian Indonesia dan negara-negara industri maju. Untuk itu penting bagi negara kita dapat meningkatkan pertahanan dan keamanan di wilayah perairan.
Selaras dengan Kol Laut (P) Agus Hariadi, Dr. Connie Rahakundini yang juga mengungkapkan bahwa membangun kekuatan Indonesia di laut merupakan hal yang penting mengingat kepentingan terbesar Indonesia saat ini berada di laut. Mengutip apa yang disampaikan oleh Dr. Connie Rahakundini mengenai pendapat pakar hukum laut bahwa negara maritim tidak sama dengan negara kepulauan, karena negara maritim adalah yang mampu memanfaatkan lautnya meski negara tersebut tidak memiliki laut tetapi didukung dengan kepemilikan ilmu pengetahuan, peralatan, teknnologi, dalam mengelola dan memanfaatkan laut dari sisi ruang, kekayaan alam maupun letak.
Sebagai tambahan, Ia menegaskan bahwa negara maritim memerlukan angkatan laut yang mumpuni karena dengan hal tersebut Negara akan mampu untuk meredam konflik, memenangkan diplomasi, memenangkan perang sumber daya, dan fokus menjawab hal yang besar. Karena ia meyakini bahwa sebuah negara tidak mungkin menjadi negara yang hebat dan kuat tanpa disokong pembangunan kekuatan militer yang kuat. Dr. Connie juga mengajak seluruh pihak untuk sadar bahwa kita adalah bangsa maritim. Mengingat sejarah panjang nenek moyang bangsa Indonesia mulai dari Sriwijaya hingga Banten dulu sangat berjaya di laut. Untuk itu, perlu bagi kita membangun kesadaran bahwa kembali menjadi bangsa yang besar dengan memaksimalkan potensi sumber daya laut kita, membangun mental dan moral untuk berinovasi menjadi bangsa pemenang yakni bangsa maritim hebat dan digdaya.
Dengan diadakannya seminar ini selain menjadi ruang ilmu juga diharapkan berbagai elemen masyarakat dapat lebih aktif berpartisipasi untuk membangun kesejahteraan bersama di bidang kemaritiman. Selain itu, seminar ini dapat menjadi inspirasi bagi para akademisi untuk menghasilkan riset-riset terbaru guna menjadi masukan kepada pemerintah untuk menyelesaikan tantangan kemaritiman di Indonesia.