Universitas Mataram pada hari Selasa, 30 Mei 2017 kedatangan seorang tamu yang sangat istimewa, yaitu duta besar Korea Selatan untuk Indonesia yang bernama Cho Tae Young. Beliau datang ke Universitas Mataram untuk memberikan sebuah kuliah umum yang bertajuk “Korea-Indonesia Relations & Situation on the Korean Peninsula”. Kuliah umum tersebut dihadiri oleh perwakilan dari masing-masing fakultas di Universitas mataram, baik mahasiswa maupun dosen. Tepat pukul 10.00 WITA kuliah umum dibuka oleh sambutan dari rector Universitas Matara, Prof. Ir. H. Sunarpi, Ph. D. dengan mengucapkan rasa terimkasih atas kehadiran Cho Tae Young sekaligus memperkenalkan Universitas Mataram secara umum kepada beliau.
Selesai sambutan dari rector, duta besar Korea Selatan untuk Indonesia mulai memperkenalkan diri sebelum memulai materinya. Perkenalan dilakukan dengan santai dan humoris dimana dalam sela-sela perkenalannya Cho Tae Young sempat menyanyikan beberapa lagu Indonesia yang tentu membuat para peserta kuliah umum terkagum-kagum dan terhibur.Cho Tae Young bercerita bagaimana menyenangkannya berada di Indonesia sebagai duta besar selama tiga tahun terakhir dan menghapal beberapa lagu dari Indonesia dalam kurun waktu tersebut.
Setelah perkenalan yang berlangsung ramah dan menyenangkan tersebut, Cho Tae Young memulai kuliah umumnya terkait hubungan antara Korea Selatan dengan Indonesia serta situasi yang terjadi di semenanjung Korea. Pembahasan pertama terkait hubungan antara Korea Selatan dengan Indonesia, ia menjelaskan bahwa kedua negara ini memiliki hubungan yang sangat baik yang dimulai sejak 18 September 1973, awal kerja sama antara Korea Selatan dengan Indonesia terlaksana. Kemudian hingga kini hubungan tersebut semakin meningkat dan membaik ditandai dengan berbagai kerja sama dan perjanjian yang telah dilakukan kedua negara, terutama terkait kerja sama dalam bidang pertahanan. Cho Tae Young menjelaskan bahwa Indonesia mitra dagang Korea Selatan di bidang pertahanan karena Indonesia telah member berbagai alat tempur dari Korea Selatan. Selain itu kedua negara juga tengan bekerja sama dalam sebuah projek untuk memproduksi sebuah jet tempur antara tahun 2014-2026 yang nantinya akan dijual ke beberapa daerah di Asia. Disamping bidang pertahanan, kedekatan kedua negara ini terlihat dalam organisasi yang mereka ikuti, yaitu MIKTA (Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, Australia). Organisasi tersebut merupakan kerja sama antara kelima negara tersebut yang merasa bahwa mereka berlima sama-sama merupakan negara middle power dalam kehidupan global saat ini. Ada beberapa tujuan dari organisasi tersebut, pertama untuk memperkuat kekuatan kelima negara sebagai negara middle power. Kedua adalah untuk ikut berkontribusi dalam berbgaia permaslahan atau isu internasional yang tengah terjadi, baik isu HAM, nuklir, dan lain sebagainya. Perlu diketahui pula bahwa Indonesia dan Korea Selatan adalah dua negara yang cukup dipertimbangkan sebagai negara dengan kekuatan besar dalam organisasi tersebut.
Pembahasan selanjutnya, yaitu mengenai kondisi yang terjadi di semenanjung peninsula, yaitu semenanjung yang membagi antara Korea Selatan dan Korea Utara. Cho Young Tae memulai materi dengan menjelaskan sejarah awal terbaginya korea menjadi Korea Utara, yang menganut system komunisme dan Korea Selatan yang menganut system liberal kapitalis. Kemudian baru dijelaskan bahwa kondisi di semenanjung tersebut sangatlah rawan karena Korea Utara tengah mengembangkan senjata nuklir yang sewaktu waktu dapat membahayakan berbagai hal di dekat semenanjung tersebut. Cho Young Tae juga menjelaskan bahwa pengembangan nuklir tersebut telah mendapat kecaman keras dari negara-negara di dunia, tidak hanya Korea Selatan saja, yang meminta Korea Utara untuk menghentikannya. Kecaman tersebut kemudian dilanjutkan dengan pemberian sanksi kepada Korea Utara yang tetap saja tidak ingin menghentikan percobaan tersebut. Selanjutnya Cho Youn Tae juga membahas berbagai kerja sama yang coba dilakukan oleh Korea Selatan dengan Korea Utara untuk membentuk suatu hubungan yang lebih baik.
Penyampaian materi yang disampaikan dalam bahasa Inggris tersebut berlangsung sekitar 45 menit yang kemudian dilanjutkan dengan sesi Tanya jawab dari para peserta. Baik mahasiswa maupun dosen banyak sekali yang mengangkat tangan dan ingin bertanya namun hanya 4 orang yang mendapat kesempatan untuk bertanya. Keempat orang tersebut adalah yang beruntung mendapat bingkisan kecil dari Cho Tae Young di penutupan kegiatan perkuliahan. 3 dari penanya tersebut berasal dari prodi Hubungan Internasional Universitas Mataram, 2 orang mahasiswa dan 1 orang dosen. Sebuah kehormatan dapat berdialog dengan duta besar Korea Selatan untuk Indonesia. Di akhir perkuliahan kemudian ditutup dengan sesi berfoto bersama dengan Cho Tae Young.